HIV dan AIDS: Dekat di mata, jauh di hati

Gambar diambil dari sini (link1, link2)

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI, hal. 178), tingkat pengetahuan komprehensif tentang AIDS masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Bagaimana dengan Anda?  Salah satu tindakan untuk pencegahan HIV/AIDS adalah melalui tes HIV. Bagaimanakah tes HIV di Indonesia?  Lihat informasinya di sini.

Tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia; hari untuk mengingatkan masyarakat terhadap penyebaran virus HIV dan wabah AIDS, dan ambil bagian dalam upaya pencegahan dan penanganannya. Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Hands up for #HIVprevention”, bertujuan untuk menekankan berbagai aspek pencegahan HIV terutama untuk kelompok masyarakat yang rentan seperti remaja serta populasi kunci.

Menurut UNAIDS, diperkirakan 36,7 juta penduduk di dunia hidup dengan HIV. Di Indonesia, jumlah orang yang hidup dengan HIV hingga tahun 2015 diperkirakan sudah mencapai 690.000 orang. Kampanye UNAIDS “Hands up for #HIVprevention” sudah dimulai sejak bulan September. Kampanye ini mengajak kita untuk merenungkan sejenak tentang usaha apa yang sebaiknya dilakukan untuk menyukseskan pencegahan penyebaran virus HIV dan mengekspresikannya melalui foto dengan kalimat yang  dituliskan pada telapak tangan, seperti: “more condoms, harm reduction, pre-exposure prophylaxis (PrEP), empowerment” dan menyebarkannya melalui media sosial termasuk melalui UNAIDS Facebook page.

Di Indonesia, kampanye ini diterjemahkan menjadi kampanye #SayaBerani. #SayaBerani menekankan pada salah satu aspek pencegahan HIV yaitu melalui tes HIV dan Voluntary Counselling Testing (VCT). Banyak  selebritis Indonesia  yang juga ikut serta dalam kampanye ini (link), di mana mereka menjadi influencers mendorong orang untuk ikut berpartisipasi. #SayaBerani telah berhasil mengajak banyak orang di media sosial untuk menyebarkan pesan agar berani melakukan tes HIV.

Banyak yang tidak tahu pemerintah Indonesia sudah lama mendukung program HIV/AIDS melalui Kemenkes dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Salah satunya melalui penyediaan layanan tes HIV dan VCT di puskesmas, klink dan rumah sakit (lihat di sini untuk daftar tempat pelayanan tes HIV). Selain itu, kita juga dapat melakukan tes IMS (Infeksi Menular Seksual). Melalui sistem subsidi, baik tes HIV dan VCT serta tes IMS tidak dipungut biaya di tempat-tempat tersebut. Layanan konseling seputar HIV dan AIDS juga tersedia di tempat layanan kesehatan tersebut ataupun melalui hotline dan WhatsApp.

screen-shot-2016-11-30-at-2-28-32-pm

Contoh upaya dari KPAP Jakarta terkait konsultasi HIV/AIDS

Di Indonesia, persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang AIDS masih di bawah 15% (SDKI 2012). Ditambah dengan meningkatnya perilaku berisiko terutama hubungan seksual yang tidak aman, berganti-ganti pasangan, dan penggunaan jarum NAPZA suntik, perlu dilakukan intervensi yang lebih komprehensif dan menyeluruh. Beragam program dan kegiatan sudah dilakukan oleh pemerintah serta berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk pencegahan HIV/AIDS termasuk melalui program edukasi. Target utama meliputi populasi kunci dan kelompok masyarakat tertentu yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS serta masyarakat pada umumnya.

Di masa mendatang, #SayaBerani diharapkan dapat berevolusi menjadi kampanye di mana tes HIV menjadi sesuatu yang biasa dan normal, sebagai bagian rutin dari pelayanan medis. Tes HIV hanya dianggap seperti tes kesehatan pada umumnya dan tidak lagi membutuhkan “keberanian”. Normalisasi tes HIV juga berarti bahwa setiap orang akan dengan sukarela melakukan tes secara rutin. Penyampaian hasil tes pun diperlakukan sama seperti hasil tes kesehatan yang lain.

Proses normalisasi tes HIV ini juga perlu didukung oleh kerjasama dari berbagai pihak. Diperlukan kampanye tes HIV yang lebih efektif, sehingga tes HIV dapat menjadi sesuatu yang positif. Selain itu, program perubahan perilaku pada masyarakat yang intensif dan menyeluruh tetap diperlukan. Dengan demikian, penyebaran virus HIV dan epidemi AIDS dapat dicegah.

Bagaimana menurut Anda? Bersediakah Anda turut serta dalam mengakhiri epidemi AIDS di tahun 2030?

 

Published by

Heribertus Rinto Wibowo

A public health enthusiast, passionate about the science of health promotion, tobacco control and social determinants of health.

Leave a Reply