Mainan terkadang dianggap sebagai hal yang sepele, banyak orangtua yang membelikan anaknya robot-robotan Transformer agar anaknya senang atau alat-alat memasak agar anaknya tidak merajuk dan menangis lagi di sudut toko mainan. Kemudian, di sisi lain ada orangtua yang membelikan anaknya microphone plastik beserta piano kecil berwarna pink agar anaknya kelak dapat menjadi penyanyi.
Namun banyak orangtua yang belum menyadari bahwa sebenarnya mainan bukan hanya sekedar mainan. Mainan dapat memberikan kesempatan pada anak untuk belajar ‘dengan cara yang menyenangkan’. Banyak juga mainan yang baik yang sesuai umur anak yang dapat mengajak anak untuk melatih indra, menumbuhkan imajinasi mereka dan mendorong mereka untuk tahu bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
Mainan Edukasi
Puzzle balok di Pasar Asemka, Kota Tua. (Biasa dipakai anak bermain untuk mengenal bentuk dan melatih motorik anak)
Pengertian populer dari mainan edukasi adalah ‘mainan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan anak atau membantu belajar anak dalam hal tertentu’. Walaupun sebenarnya pengertian semacam itu banyak membuat orangtua kebingungan karena bukankah semua mainan adalah mainan edukasi?
Ya, pengertian bahwa semua mainan memiliki nilai edukasi adalah benar, beberapa diantara memiliki nilai edukasi lebih dibanding yang lainnya yang dapat menjadi sarana belajar dan membantu tumbuh kembang anak. Contohnya, untuk anak, bola dapat berfungsi untuk membangun keterampilan motorik dasar dan juga meningkatkan koordinasi antar tangan dan mata. Namun, bermain bola dapat digunakan untuk belajar tentang gravitasi bumi atau perbedaan sudut matematika saat memantulkan bola dari tanah, tembok atau objek lainnya.
Walaupun mainan tidak dapat menggantikan pelajaran di sekolah, namun bila digunakan secara benar maka mainan tersebut dapat menjadi sumber belajar dan tumbuh kembang untuk seorang anak.
Anak belajar dari banyak jenis mainan sesuai dengan umurnya
Bola-bola berwarna-warni dan keranjang plastik kecil di Pasar Gembrong, Jakarta Timur.
Ketika memilih sebuah mainan untuk anak, orangtua perlu untuk memilih mainan yang sesuai dengan umur dan tingkat pemahaman anak itu sendiri. Sebagaimana bayi tentu belum dapat mengerti huruf, anak umur lima tahun masih belajar mengucapkan kata yang mudah, dan mungkin masih dalam tahapan belajar perhitungan dasar. Akan lebih baik juga bila saat ingin menghadiahkan sebuah mainan kepada seorang anak diikuti dengan tantangan seperti contohnya pencarian harta karun, akan tetapi jangan membuat tantangan yang sulit dimengerti dan tidak mungkin diselesaikan.
Dolpin sebagai mainan edukasi anak
Anak-anak umur 5-6 tahun, sedang bermain boneka puzzle dari purwarupa Dolpin tahap pertama.
Tulodo sedang mengembangkan sebuah purwarupa mainan edukasi untuk anak usia 5-9 tahun bernama Dolpin (Dolanan Pintar) – baca info lebih lanjut tentang Dolpin disini: link. Konsep Dolpin sendiri adalah mainan yang mengajarkan tema kesehatan reproduksi, kesehatan tubuh dan juga bagaimana agar anak dapat melindungi diri dan berinteraksi dengan orang lain. Saat ini Dolpin sedang dalam tahap pengembangan dan akan diujicobakan dengan sejumlah orang tua dan anak di Jakarta.
Mengapa Dolpin diujicobakan ke orang tua dan tidak hanya ke anak? Salah satu kelebihan dari permainan Dolpin adalah orangtua juga diharapkan terlibat di dalam permainan ini, karena orangtua memiliki peran yang penting dalam mengajarkan perihal kesehatan kepada anaknya. Keterlibatan orangtua disini adalah dengan menjadi pemain utama yang menuntun pemain lainnya (anak) selain dengan ikut bermain, dan juga membacakan cerita, dan menjelaskan nilai-nilai di dalam cerita ke anak.
Dolpin akan didesain sehingga orangtua akan diberikan kemudahan dalam mengajarkan tentang kesehatan reproduksi, semudah seperti membaca sebuah buku dongeng. Tanpa harus merasa malu dan canggung, orangtua dan anak akan dengan mudah berdiskusi tentang tema ini.
Dengan bentuk permainan yang unik, menarik dan mudah digunakan, Dolpin diharapkan dapat dijadikan salah satu pilihan orangtua untuk mainan edukasi yang dapat membantu tumbuh kembang anak, meningkatkan kemampuan komunikasi, berbagi opini, mengikuti peraturan, bekerja di dalam kelompok dan yang paling utama adalah bertambahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.