Site icon Tulodo

Belajar dari Kirkpatrick: Meningkatkan Efektivitas Pelatihan

Bagaimana mengukur keefektivitasan suatu pelatihan pada sebuah kegiatan peningkatan kapasitas?
Sebagai organisasi yang banyak bergerak di bidang ‘development”, tentunya kita seringkali melakukan pelatihan terhadap kelompok sasaran program, staf proyek, dan sebagainya, misalnya pelatihan peningkatan kapasitas terkait isu atau kemampuan tertentu. Beberapa pengukuran keberhasilan adalah jumlah orang yang ikut pelatihan dan peningkatan pengetahuan pasca pelatihan. Namun masih ada banyak indikator lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur keefektivitasan pelatihan tersebut.

Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Kirkpatrick. Terdapat empat level pengukuran dari model evaluasi pelatihan Kirkpatrick adalah: Tingkat 1: Reaksi; Tingkat 2: Pembelajaran; Tingkat 3: Perilaku; dan Tingkat 4: Hasil. Pada Tingkat 1, peserta memberikan penilaian terhadap kualitas dari penyelenggaraan pelatihan. Tingkat 2 menekankan pada capaian instruksional yang didapatkan oleh peserta setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Tingkat 3 adalah evaluasi untuk melihat adanya perubahan perilaku setelah seseorang mendapatkan pelatihan. Tingkat 4 memfokuskan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi, yaitu dampak dari pelatihan/ program pada individu terhadap lingkungan dan organisasi disekitarnya.

Gambar 1. Kerangka evaluasi pelatihan dengan Kerangka Kirkpatrick

Pembahasan di sesi berikutnya akan melihat penggunaan Kirkpatrick untuk setiap tahapan pengukuran pelatihan tersebut pada beberapa isu dan topik.


#1 Aplikasi Kirkpatrick pada pelatihan kepemimpinan

Dalam rangka pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN), salah satu Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan (UPT Pelatihan) di bawah Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) di salah satu kota di Indonesia melakukan pelatihan kepemimpinan. Berikut adalah ringkasan hasil pengukuran di setiap tahapan:

Tingkat 1 (Reaksi): Mayoritas peserta memberikan reaksi positif terhadap pelatihan dan tenaga pengajar/widyaiswara. Namun, masih ada aspek-aspek yang perlu perbaikan, seperti kesempatan tanya jawab dalam pembelajaran dan keberagaman konsumsi pada pelatihan.

Tingkat 2 (Pembelajaran): Proses pembelajaran dalam pelatihan telah berhasil mengubah pola pandang, pola pikir, dan pola perilaku peserta menjadi lebih baik. Peserta juga merasa manfaat dari pembelajaran dalam implementasi tugas di instansi masing-masing. Evaluasi kinerja peserta setelah pelatihan menunjukkan adanya perubahan positif dalam perilaku, kemampuan koordinasi, kemampuan kepemimpinan, dan kemampuan kerjasama dalam tim.

Tingkat 3 (Perilaku): para alumni pelatihan telah mengalami perubahan perilaku kerja yang lebih baik setelah mengikuti pelatihan. Mereka cenderung bekerja lebih kolaboratif dan berpikir kreatif. Perilaku ini berdampak positif terhadap peningkatan kinerja organisasi. 

Tingkat 4 (Hasil): Proyek perubahan yang diimplementasikan oleh para peserta pelatihan telah memberikan manfaat bagi organisasi secara umum. Meskipun ada beberapa kendala seperti kurangnya dukungan dana dan sumber daya, mayoritas peserta merasa bahwa materi yang diperoleh selama pelatihan dapat mendukung mereka dalam mengimplementasikan proyek perubahan.

#2 Aplikasi Kirkpatrick pada bidang pendidikan

Dalam dunia pendidikan, evaluasi memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemahaman mahasiswa. Berikut adalah contoh penggunaan Kirkpartrick untuk mengevaluasi mata kuliah Masalah Nilai Awal dan Syarat Batas di Jurusan Pendidikan Matematika di sebuah universitas di Indonesia. Diperlukan evaluasi holistik untuk mengukur keberhasilan pembelajaran. Evaluasi yang baik bukan hanya mengukur hasil belajar, tetapi juga mempengaruhi perubahan perilaku dan pengembangan potensi mahasiswa. Berikut adalah ringkasan hasil pengukuran di setiap tahapan:

Tingkat 1 (Reaksi) melibatkan pemanfaatan IT dalam pemodelan masalah. Mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dalam pemodelan dan simulasi.

Tingkat 2 (Pembelajaran) menggunakan asesmen kinerja dengan rubrik penilaian. Asesmen kinerja dan rubrik penilaian membuka peluang bagi pembelajaran aktif dan kreatif. 

Tingkat 3 (Perilaku) mencakup perubahan perilaku mahasiswa dalam pemodelan

Tingkat 4 (Hasil) mengukur pengetahuan akhir yang diperoleh mahasiswa.

#3 Aplikasi Kirkpatrick dalam isu kesehatan

Tulodo menggunakan metode ini pada saat membantu Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan pendekatan Human Centered Design (HCD) untuk meningkatkan cakupan imunisasi yang didukung oleh UNICEF Indonesia. Pelatihan peningkatan kapasitas dilakukan kepada tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas terpilih. Berikut adalah ringkasan hasil pengukuran di setiap tahapan:

Tingkat 1 (Reaksi): Tulodo menyebarkan kuesioner melalui google form guna melihat respon peserta pelatihan berkenaan dengan apa yang mereka rasakan, mereka dengar, mereka lihat selama mengikuti pelatihan.

Tingkat 2 (Pembelajaran): Mengadakan pretest dan post-test, peserta juga melakukan praktek untuk implementasi kegiatan HCD dengan mengisi lembar kerja yang telah disediakan oleh Tulodo

Tingkat 3 (Perilaku): Setelah selesai pelatihan, Tulodo  melakukan evaluasi baik secara online serta secara langsung melakukan kunjungan ke Puskesmas bersama dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan UNICEF Indonesia untuk melihat apakah peserta pelatihan sudah menjalankan tanggung jawab mereka dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi sudah sesuai dengan pendekatan HCD.

Tingkat 4 (Hasil): Penilaian staf Puskesmas yang telah melakukan kegiatan HCD dengan masyarakat. Puskesmas yang melakukan kegiatan dengan baik sesuai tahapan HCD akan mendapatkan predikat Center of Excellence. Evaluasi ini dilakukan oleh Tulodo bersama dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan UNICEF Indonesia.

Meskipun model Kirkpatrick pada awalnya awalnya dikembangkan untuk mengevaluasi proses pelatihan dalam organisasi, model ini juga dapat digunakan dalam konteks akademis atau konteks ilmu lainnya. Hal ini menjadi salah satu kelebihan model Kirkpatrick. Namun terdapat beberapa kelemahan Kirkpatrick, misalnya ada tingkatan dari Kirkpatrick yang tidak bisa serentak diukur dalam satu proses pelatihan. Dalam konteks mengevaluasi dampak kurikulum atau program pada siswa, evaluasi perubahan perilaku siswa, Tingkat 3 dalam model Kirkpatrick, harus dilakukan ketika mereka sudah berada di tempat kerja. Dalam konteks pendidikan di sekolah, menggunakan model Kirkpatrick dapat menjadi tantangan karena siswa biasanya belum bekerja pada tahap ini dalam kehidupan mereka. Pengukuran tingkatan atas memang menantang. Misalnya pada pengukuran Tingkat 4, akan digali hal-hal yang lebih luas dari proses pelatihan itu sendiri misalnya pengaruh pelatihan terhadap organisasi dalam hal pengurangan biaya, peningkatan kualitas dan peningkatan kuantitas. Hal ini membutuhkan desain pengukuran yang lebih komprehensif, membutuhkan banyak analisis dan keahlian dan oleh karena itu akan menjadi lebih mahal. Dan sebagian besar organisasi enggan menghabiskan waktu dan upaya yang diperlukan untuk tingkat evaluasi yang keempat ini.

Namun demikian, Kirkpatrick telah menawarkan satu kerangka pengukuran efektivitas pelatihan yang komprehensif di setiap komponennya. Model ini bisa menjadi salah satu acuan pembuatan indikator dalam mengevaluasi pelatihan. Apakah Anda tertarik menggunakannya?

Referensi/Link:
Alsalamah, A. and Callinan, C. (2022), “The Kirkpatrick model for training evaluation: bibliometric analysis after 60 years (1959–2020)”, Industrial and Commercial Training, Vol. 54 No. 1, pp. 36-63. https://doi.org/10.1108/ICT-12-2020-0115

Apriliana,S.D., & Nawangsari, E.,R, 2021, Pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis kompetensi, Forum Ekonomi, Vol 23 No 4, 804-812, https://doi.org/10.30872/jfor.v23i4.10155

Rivai Veithzal.  2005, Manajemen  Sumber Daya  Manusia  untuk  Perusahaan  dari Teori  ke  Praktek.  Jakarta  :  PT.  Grafindo Persada.

Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J.D. 2008. Evaluating Training Programs. San Francisco: Berrett-Koehler Publishers,Inc.

Exit mobile version