Pop-up Market, Ruang Belajar untuk Wirausaha

“Saat ini jumlah anggota masyarakat yang terjun untuk menekuni dunia bisnis, tidak lebih dari 5% dari jumlah penduduk Indonesia. Padahal kita perlu lebih banyak lagi anggota masyarakat khususnya anak muda yang mau terjun di dunia bisnis dengan segala suka dan dukanya” ungkap Arief Budhy Hardono, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Indonesia. Namun bagaimana caranya anak muda dapat belajar berwirausaha?

Bila kita melihat hasil survey dari Asia Pacific Foundation of Canada, 70% wirausahawan di Indonesia memiliki hambatan dalam meningkatkan pendapatan finansialnya dan banyak dari wirausahawan yang bergantung kepada finansial keluarganya. Selain itu 46% wirausahawan mengalami kendala dalam memasarkan produknya dan 65% wirausahawan berusia 34 tahun kebawah tidak memiliki keinginan untuk scale up//mengembangkan usaha bisnisnya.

Hal tersebut terjadi karena banyak dari para pekerja muda minim pengalaman saat memasuki dunia wirausaha. Apa solusi yang tepat agar para calon wirausahawan dapat belajar dan terjun ke dunia wirausaha dengan bekal yang baik?

Membuat program yang memberikan pelatihan formal dan mendorong pengembangan keterampilan kewirausahaan di tingkat sekolah menengah dan universitas dapat membuka kesempatan untuk membekali calon wirausahawan dengan keterampilan untuk berhasil dan skala setelah mereka memasuki dunia wirausaha.

pexels-photo-1047460Kios buah di sebuah acara bazar makanan via pexels.com

Namun, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Indonesia adalah membuat ruang belajar untuk para wirausaha muda. Membuat program yang dapat membuat para wirausaha muda ini untuk mengimplementasikan bisnisnya tentu  akan mendorong pengembangan keterampilan mereka. Hal itulah yang rupanya berusaha dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Pada Maret 2019, Pemprov DKI Jakarta untuk pertama kalinya bekerja sama dengan Semasa untuk membuat sebuah Bazar Market Art Semasa yang diikuti oleh 65 penyewa.  Pemprov DKI mencoba untuk mewadahi kreatifitas berkarya generasi muda, terutama dalam bidang seni dan budaya dalam bentuk bazar. Melalui acara ini,  para wirausaha muda yang berjualan di Balai Kota diberikan kesempatan untuk merasakan sebuah pengalaman dalam berjualan.

Selain di acara tersebut, kita juga bisa mengambil contoh kegiatan rutin Sunday Morning yang digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Kegiatan yang juga dikenal dengan nama Sunmor UGM adalah pasar dadakan yang menjual berbagai macam pilihan barang, makanan maupun tanaman. Banyak mahasiswa yang mencoba belajar berbisnis di Sunmor UGM untuk mencari penghasilan tambahan dan pengalaman, tidak jarang juga wirausaha yang berbisnis di Sunmor UGM sekarang dapat melebarkan usahanya dengan membuka toko tetap.

Pop-up market seperti Sunmor UGM tentunya merupakan wadah yang tepat untuk para wirausaha baru karena di sini mereka dapat menjual dan mempromosikan sebuah produk tanpa harus menyewa sebuah tempat  secara permanen atau jangka panjang yang tentunya bisa menguras modal yang lebih banyak. Sedangkan untuk bisnis online, pop-up market sering dipakai sebagai cara  untuk mengujicobakan produknya secara langsung kepada konsumen.

Artikel selanjutnya akan membahas secara lebih detail tentang apa yang dapat dipelajari dari pop up market dari proyek Market-Linkages kolaborasi dari Tulodo dan Kompak.


Editor: Yani Lauwoie

Foto cover via pexels.com

 

Published by

Ratnakanya Hadyani

Kanya is Communication Officer for Tulodo. She hopes to tell stories that hopeful and thought provoking within complex situation created by behavior change and innovation.

Leave a Reply