Pernah mendengar kalimat seperti ini : “Anak kok dikasih susu formula, bukan asi?”, “Belum jadi perempuan kalau belum lahiran normal?”, “Anaknya kurus banget”, “Gendong bayi bukan begitu caranya”. Bagi anda yang saat ini berstatus sebagai ibu, bisa jadi familiar dengan komentar seperti itu. Beragam komentar yang terdengar seperti nasehat tapi terasa menyakitkan atau kurang enak didengar itu disebut dengan istilah mom shaming.
Dalam artikel yang dituliskan CNN, dijelaskan bahwa mom shaming merupakan perilaku merendahkan/meremehkan seorang ibu terkait cara pengasuhannya. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai perilaku bullying. Seperti yang dikutip dari artikel Parentalk.id, diketahui bahwa ternyata mom shaming memiliki pengaruh buruk pada kondisi psikologis seorang ibu, seperti tidak merasa percaya diri dengan cara mengasuh anak-anaknya, bahkan dapat menyebabkan depresi kepada si Ibu, juga pasangan dan anaknya.
Meskipun istilah mom shaming masih terdengar asing, namun perilaku menyalahkan atau mengkritisi seorang ibu bukanlah hal yang baru. Berdasarkan survei di tahun 2017 oleh C.S. Mott Children’s Hospital dengan responden ibu-ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun, diketahui bahwa sebagian besar responden (61%) pernah mendapatkan kritik mengenai cara mereka dalam mengasuh anak. Dan ternyata pihak yang paling sering memberikan kritik justru dari orang terdekat seperti pasangan dan anggota keluarganya. Di sisi lain, sebanyak 62% responden menjawab bahwa nasehat yang diberikan orang disekelilingnya banyak yang tidak membantunya sama sekali.
Molly Lensing dan bayinya yang ditidurkan di lantai bandara, Sumber : today.com
Dengan adanya kecanggihan teknologi saat ini dan munculnya banyak media sosial, membuat orang semakin mudah untuk melakukan mom shaming secara online. Di Indonesia beberapa ibu yang menjadi public figure mengungkapkan kekesalannya saat netizen mengkritik cara pengasuhan, seperti saat Marissa Nasution mengunggah foto di Instagram yang memperlihatkan dia sedang memberikan memberikan ASI menggunakan botol susu.
Banyak netizen yang mengomentari foto tersebut, karena mengira susu yang diberikan adalah susu formula. Marissa yang kesal, menanggapinya dengan mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah urusan mereka. Karena ibu tahu yang terbaik untuk anak mereka, dan tidak ada yang salah dengan pilihan memberikan ASI ataupun susu formula.
Ada banyak kasus dimana yang menjadi sasaran tidak hanya public figure tapi juga orang biasa, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu contoh kasus mom shaming yang heboh di dunia maya adalah, kasus Molly Lensing.
Fotonya yang diambil oleh orang asing beredar luas dan membuat heboh banyak orang. Foto tersebut menampilkan Lensing sedang memegang handphone dan bayinya dibaringkan di lantai. Dalam waktu yang singkat, foto tersebut direspon oleh banyak orang dengan reaksi negatif . Lensing dicap sebagai ibu yang tidak pantas dan harus dilaporkan ke petugas sosial dengan tuduhan kekerasan terhadap anak. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Lensing kelelahan karena jadwal penerbangan yang ditunda dan telah menggendong bayinya selama berjam-jam. Sehingga memutuskan untuk membaringkan bayinya di lantai.
Dari cerita di atas, ada dua hal yang dapat dilihat dari perilaku mom shaming, yaitu:
- Merasa paling benar. Orang yang melakukan mom shaming, merasa bahwa apa yang dilakukan atau diketahui adalah hal yang paling benar dan mutlak. Karena itu jika ada orang lain yang melakukan pengasuhan dengan cara yang berbeda maka dianggap salah.
- Peran Gender Dalam Keluarga. Maraknya mom shaming menjadi tanda bahwa masyarakat masih menganggap bahwa peran mengasuh anak menjadi tanggung jawab ibu. Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya istilah dad shaming. Seperti yang dikatakan oleh John Legend, “Funny there’s no dad-shaming. When both of us go out diner, shame both of us so Chrissy doesn’t have to take it all. We’ll split it.” menanggapi banyaknya kritikan yang tertuju ke istrinya – Chrissy Teigen saat mereka memutuskan untuk makan malam berdua dan meninggalkan anaknya.
Jadi bagaimana menurut anda, apakah anda setuju? Adakah hal lain yang dapat dilihat dari ‘tradisi’ mom shaming ini? Share ceritamu di kolom komentar!
Editor: Ratnakanya Hadyani
Foto cover: unsplash.com
Published by