Minggu ini tim Tulodo Indonesia (Monica Christy dan Ade Ayu Kartika) berkunjung ke ke Asian Toys and Games Show – sebuah event tahunan bertaraf internasional yang mempertemukan supplier/produsen mainan anak dengan pembelinya yang berasal dari berbagai negara. Event ini diikuti oleh 450 perusahaan dari Cina Daratan, Taiwan, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Malaysia, dan Pakistan. Ditambah dengan beberapa perusahaan global dari Belgia, Republik Ceko dan Swiss yang ikut berpartisipasi. Tidak heran, event ini menjadi salah satu pameran mainan anak terbesar di Asia.
Asian Games and Toys Show diselenggarakan di gedung Hong Kong Convention and Exhibition Centre – Wan Chai, mulai 20 Oktober hingga 23 Oktober 2018. Pameran ini menjadi bagian dari serangkaian dari Hong Kong Mega Show Series. Di sana saya berinteraksi langsung dengan beberapa produsen mainan anak. Banyak sekali pertanyaan dan rasa penasaran yang muncul di kepala saya selama perjalanan menuju Hong Kong. Pertanyaan-pertanyaan seputar mainan apa yang paling populer, teknologi baru apa yang akan saya temui disana berputar di kepala saya. Namun rasa penasaran yang sering muncul di kepala saya adalah “Apakah ada sebuah temuan menarik dan baru yang dapat saya manfaatkan untuk Dolpin?”
Asian Games and Toy Show 2018, Hong Kong.
Dolpin (Dolanan Pintar) merupakan mainan bertema kesehatan tubuh, pendidikan reproduksi dan hubungan berbasis keluarga untuk anak usia 5-9 tahun di Indonesia (info lebih lanjut tentang Dolpin dapat diakses di link ini: http://bit.ly/DolpinJourney). Sebagai seorang community engagement dari Dolpin, saya berencana untuk menjalin relasi dengan produsen mainan disini, dan juga mengamati apakah ada mainan seperti Dolpin yang fokus kepada Kesehatan Reproduksi serta mengobservasi mainan apa yang populer dimainkan anak saat ini.
Di stan pertama yang saya temui, saya melihat mainan dari tanah liat yang konsepnya dimainkan oleh orangtua dan anak, konsep yang sama seperti Dolpin. “We design this product to cultivate family bonding. Parents can help their children by form the clay and do storytelling” cerita Yuchen Lee, dari Lito Joy – produsen mainan anak yang sebagian besar mainan ciptaannya berbahan tanah liat. Beliau juga menunjukkan salah satu produk mainan yang dipamerkan di stannya. Sebuah kotak kardus yang di desain menjadi sebuah rumah dan diisi dengan tanah liat berbentuk binatang mungil berwarna-warni.
Kardus berbentuk rumah, dengan tanah liat sebagai bahan dasar mainan di dalam rumah.
Kebetulan Dolpin juga memiliki konsep yang hampir sama, tim Dolpin menciptakan 3-D puzzle dan diorama dari bahan kertas tebal. Mungkin Dolpin dapat mengembangkan diorama-nya dengan hiasan tanah liat di dalamnya. Agar anak dan orangtua dapat memiliki aktivitas baru yang dapat dimainkan berdua, selain melatih motorik anak, kegiatan membuat tanah liat bersama juga dapat mengembangkan imajinasi anak.
Beberapa produsen mainan yang kami temui, sangat memperhatikan bahan mainan yang digunakan. Tak hanya aman untuk anak, tapi juga ramah lingkungan. Seperti Contamo – sebuah produk mainan, 3D Model Kit berbentuk aneka binatang dari Mary’s Lab (www.contamo.com), dimana bahan yang digunakan adalah wooden-paper tanpa klorin dan bebas racun sehingga aman digunakan oleh anak.
Sebuah temuan yang menarik, mengingat tim Dolpin masih mencari tahu bahan mainan apa yang bebas racun dan aman dimainkan anak yang masih suka memasukkan mainan ke dalam mulut. Temuan lainnya adalah bahan mainan dari eva foam material yang diklaim ramah untuk lingkungan, seperti yang digunakan dalam produk DIY 3D Blocks (berbentuk binatang) dari J&Y Toys (www.jytoyscn.com). Eva foam menjadi salah satu alternatif bahan untuk purwarupa Dolpin saat ini. Mengingat eva foam adalah material yang tahan air, ringan dan tidak mudah rusak, sangat cocok dimainkan untuk anak kecil berusia 5-9 tahun.
Mainan mobil-mobilan, menggunakan material kayu sebagai bahan dasarnya
Selain itu saya juga menemukan bahwa banyak mainan di Asian Games and Toys Show yang merupakan mainan elektronik, ride-on toys, soft toys, boneka, mainan edukasi dan action figure. Kami mendapati bahwa kebanyakan mainan yang dipamerkan ragamnya sama dengan yang ada di Indonesia. Seperti permainan lego, puzzle, slime, squishy, magic sands, DIY kit yang memang cukup populer dimainkan oleh anak di seluruh dunia.
Beberapa mainan yang masih jarang dijumpai di Indonesia, dengan teknologi tinggi juga saya temui di pameran, seperti mainan dengan tema STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dan robotik. Terdapat mainan berbahan kayu dilengkapi dengan solar panel untuk menggerakkannya dan juga terdapat mainan yang ternyata dapat digerakan dengan tekanan udara.
Mainan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang menggunakan tenaga surya sebagai penggeraknya.
Sama seperti cerita Yuchen Lee di awal, banyak produsen mainan disini yang merancang produknya tidak hanya bertujuan untuk menghibur atau mencari profit. Apapun jenis mainannya, banyak yang memiliki filosofi bahwa mainan diciptakan untuk meningkatkan hubungan antar orangtua dan anak. Sama seperti filosofi Dolpin, selain untuk meningkatkan pengetahuan akan Kesehatan Tubuh dan Reproduksi kepada anak usia 5-9 tahun, kami juga ingin meningkatkan hubungan antar orangtua dan anak.
Namun sayang, kami belum menemukan mainan yang memiliki tema serupa dengan Dolpin, yaitu Kesehatan Tubuh dan Reproduksi. Hal tersebut merupakan sebuah kesempatan sekaligus tantangan untuk tim Dolpin. Namun, banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan selama di Asian Games and Toys Show yang bisa diaplikasikan untuk Dolpin kedepannya.
Published by