Transformasi mainan edukasi Dolpin: belajar dari uji coba purwarupa

Dalam proyek pengembangan Dolpin (Dolanan Pintar); mainan edukasi anak yang mengajarkan Kesehatan Tubuh dan Reproduksi berbasis keluarga, didanai oleh Grand Challenges Canada, Tim Tulodo menemukan banyak temuan menarik selama uji coba purwarupa Dolpin.

Menggunakan prinsip Human Centered Design, pembuatan mainan edukasi Dolpin terus bertransformasi dan beradaptasi sesuai dengan kebutuhan calon penggunanya. Di tulisan ini saya akan bercerita tentang serangkaian proses uji coba mainan Dolpin dan bagaimana pengalaman observasi dan interview dari tim Dolpin kepada para calon pengguna mainan Dolpin menjadi komponen utama dan penting dalam pengembangan mainan Dolpin.

Perjalanan mainan edukasi Dolpin sudah dimulai beberapa waktu yang lalu melalui serangkaian kegiatan riset, yang terdiri dari analisis situasi serta penelitian pendahuluan terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dengan anak usia 5-9 tahun. Kegiatan riset tersebut dilakukan oleh tim kami kepada keluarga di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.

Dari hasil riset yang kami lakukan kami dapat mengembangkan purwarupa atau rancangan bentuk awal dari mainan edukasi Dolpin yang kami sebut purwarupa pertama Dolpin. Purwarupa pertama kami terdiri dari tiga komponen utama: boneka, dorama dan buku cerita.

copyofdscf8219

Setelah purwarupa pertama selesai dibuat dan produksi, kami melakukan uji coba purwarupa pertama kepada 10 keluarga yang memiliki anak usia 5-9 tahun di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Bagaimana caranya agar kami dapat mengetahui kebutuhan para keluarga yang sudah memiliki purwarupa pertama Dolpin? 

Tahap pertama dari kegiatan riset kami adalah memberikan waktu kepada 10 keluarga terpilih untuk ‘bermain’ dengan purwarupa Dolpin selama satu minggu. Kegiatan ini dikenal dengan istilah pretesting. Kemudian di tahap kedua kami akan mengukur kegiatan pretesting tersebut. 

Bagaimana cara kami mengukur kegiatan pretesting purwarupa pertama Dolpin, berikut adalah beberapa cara kami dalam mengobservasi kegiatan pretesting:

  • Ketertarikan (attractiveness): Di bagian ini kami melihat ketertarikan anak dan orangtua terhadap Dolpin. Apakah anak suka dengan bentuk tubuh dari 3D puzzle yang telah dibuat? Apakah warna mainan cukup baik untuk membuat anak tertarik untuk bermain dengan Dolpin.
  • Pemahaman (comprehension): Di bagian ini kami mencari tahu apakah pesan & nilai-nilai  yang ingin disampaikan oleh mainan Dolpin dapat dipahami oleh anak dan orangtua?  Seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu purwarupa Dolpin adalah buku cerita. Di sini kami menanyakan kepada anak dan orangtua terkait pemahaman isi buku cerita. Apakah mereka dapat memahami pesan dan nilai yang diangkat dari cerita tersebut?
  • Akseptabilitas (acceptability): Di bagian ini kami mencoba mencari tahu apakah mainan Dolpin mengandung sesuatu yang menyinggung atau tidak disukai oleh masyarakat? atau ada unsur lain yang tidak bisa diterima, karena tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di keluarga atau masyarakat setempat. Pada tahap ini, kami bertanya kepada pengguna apakah purwarupa Dolpin yang mengajarkan tentang kesehatan reproduksi sesuai dengan nilai dan norma yang keluarga tersebut?
  • Persuasi (persuasion): Pada bagian ini kami mencoba mencari tahu apakah melalui mainan Dolpin, perilaku sebuah keluarga dapat berubah. Contoh: orang tua mulai mengajarkan kepada anak tentang kesehatan reproduksi kepada anaknya, setelah sebelumnya tidak pernah sama sekali mengajarkan anaknya tentang Kesehatan Reproduksi.

Setelah kegiatan observasi dan interview dalam kegiatan pretesting  selesai dilakukan, Tim Dolpin kemudian melakukan diskusi bersama terhadap berbagai temuan dan masukan yang kami dapatkan selama di lapangan dari 10 keluarga diatas. Masukan dan temuan ini kemudian akan kami gunakan untuk mengembangkan purwarupa Dolpin yang kedua.

Purwarupa Dolpin tahap dua juga akan melalui serangkaian proses yang sama seperti yang kami lakukan kepada purwarupa Dolpin yang pertama. Sesuai dengan prinsip Human Centered Design, kami akan menggunakan prinsip pengulangan/iterasi dan akan selalu mengujicobakan purwarupa kami ke calon pengguna. Pengalaman dari calon pengguna menjadi komponen penting dalam pengembangan mainan edukasi ini.

Saat ini kami telah berhasil melalui dua kali proses pengembangan purwarupa Dolpin, dan sekarang kami dalam tahap pretesting purwarupa ketiga yang kami beri nama produk beta Dolpin. Produk beta Dolpin sedang kami ujikan ke 15 keluarga di Jakarta Pusat hingga bulan Maret 2019. 

Tulisan selanjutnya akan membahas lebih dalam tentang transformasi mainan edukasi DOLPIN dari perspektif desain produk. Jangan lewatkan! Ikuti terus cerita kami melalui #DolpinJourney disini: link.


Editor: Ratnakanya Hadyani

Leave a Reply

%d bloggers like this: