Artikel ini telah dipubikasikan di Media Indonesia pada Sabtu, 24 Oktober 2020, 14:55 WIB
AKHIR-akhir ini kasus infeksi covid-19 di Indonesia meningkat drastis, mendekati angka 5.000 kasus per hari. Hal tersebut memicu peningkatan intensitas komunikasi dari pemerintah demi menekan penyebaran virus di masyarakat. Beberapa pesan dibuat berdasarkan kesalahpahaman dan hoaks yang begitu meluas hingga memiliki nama sendiri- infodemic.
Orang-orang sering dikritik karena dianggap kurang disiplin dan egois. Namun penjelasan yang lebih cocok adalah kita belum menerima informasi yang benar dengan cara yang benar, berdasarkan sains penyakit dan perilaku. Masalah utamanya adalah isi pesan dan cara penyampaiannya. Jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang, Indonesia bisa saja mengalami kenaikan kasus infeksi hingga 10.000 setiap hari pada akhir 2020.
Mari kita mulai dengan pesan kampanye pencegahan covid-19 Pemerintah yang dikenal sebagai 3M, terdiri dari tiga pesan inti; menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Ini tampak masuk akal mengingat apa yang kita ketahui tentang bagaimana covid-19 menyebar. Namun, pilihan slogan ini membuat orang sulit mengingatnya.
Masalahnya, pesan 3M juga digunakan oleh Kementerian Kesehatan untuk kampanye pencegahan demam berdarah; menguras, menutup, dan mengubur. Selain itu 3M juga merupakan merek dagang sejumlah produk rumah tangga yang populer. Bagaimana dengan 4M? Ini juga sudah digunakan oleh Kementerian Kesehatan sebagai kampanye untuk mendorong masyarakat berhenti merokok; (M)elakukan sesuatu yang menyehatkan jiwa raga, (M)enunda keinginan untuk merokok, (M)inum air secara perlahan, dan (M)enarik nafas dalam.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Bahasa Indonesia menggunakan ‘m’ sebagai huruf pertama untuk membangun hampir semua kata kerja. Itu berarti kampanye masalah apa pun dapat menggunakan 3M untuk meringkas pesannya- ‘mencium, membunuh, dan menangis’ bisa menjadi 3M. Kita harus memilih pesan dan slogan yang dekat dengan masyarakat, mudah diingat, dan dipercaya orang.
Seharusnya kita menawarkan solusi menarik dengan manfaat yang dapat dipahami oleh masyarakat. Salah satu contohnya adalah program Suami Siaga (Siap, Antar, Jaga) untuk meningkatkan kesehatan ibu dan persalinan yang aman. Suami Siaga menargetkan para ayah dengan slogan yang menonjolkan identitas laki-laki mereka, menghargai partisipasi, dan menyajikan serangkaian tindakan yang mudah diingat untuk diambil. Pesan tersebut disampaikan dengan kampanye pemasaran terintegrasi yang efektif, penyampaian layanan, dan pemberdayaan komunitas.
Merancang pesan
Masalah utamanya adalah bahwa masyarakat tidak mendapatkan pesan yang tepat. Kampanye 3M saat ini terlalu menekankan pada penggunaan masker dan tidak mendorong orang untuk menghindari kelompok atau tinggal di rumah. Sebuah riset oleh Rizki dan Kurniawan dari Universitas Pelita Harapan menemukan bahwa masker wajah kain campuran yang umum dipakai, memiliki efisiensi penyaringan 70,24%. Itu berarti hampir sepertiga partikel dapat menembus masuk, dan hanya jika dipakai dengan benar dan terus-menerus. Jika tidak, efisiensi masker turun menjadi 50% dan akan terus menurun. Meskipun efisensi masker memiliki batas tertentu tetapi ia tetap berguna sebagai alat pencegahan infeksi covid-19, jadi kata ‘masker’ harus disertakan di slogan kampanye.
Dalam kampanye 3M, pesan menjaga jarak fisik kurang jelas penekanannya dan sering diabaikan. Padahal, kunci untuk mencegah peningkatan kasus besar-besaran kasus yang telah kita lihat di tempat-tempat seperti India dan AS adalah jaga jarak fisik dan mencegah kerumunan. Kita tahu dari neurobiologi bahwa manusia adalah makhluk sosial. Itu sebabnya gagasan untuk menjaga jarak dengan orang yang kita cintai sulit diproses oleh otak manusia, dan hal tersebut tercermin dari perilaku kita. Hal yang sama berlaku untuk kolega, klien, dan pemilih di saat pemilu. Namun, di Indonesia sudah banyak wanita (dan pria) melakukan jaga jarak dengan mengadopsi gerakan salam dari jarak jauh, alih-alih berjabat tangan. Selain itu, kita harus mengingatkan orang untuk tidak duduk dan berdiri lebih dekat dari satu meter. Maka dari itu, slogan jarak’ adalah pengingat yang baik.
Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu perilaku kesehatan yang paling efektif untuk mencegah berbagai penyakit. Ini termasuk diare, influenza dan, ya, covid-19. Menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun atau pembersih tangan di pintu masuk ke gedung perkantoran dan tempat umum (kantor, mal, pasar, sekolah, dll) akan sangat membantu dalam upaya untuk mengurangi infeksi. Pesan mencuci tangan termasuk dalam 3M, tetapi slogan tersebut tidak menyebutkan pentingnya sabun, yang secara signifikan mengurangi efektivitas pesan yang ingin disampaikan. Kata ‘sabun’ adalah pengingat yang baik, karena mencakup berbagai jenis kebersihan pribadi termasuk kebersihan tempat-tempat umum. Mempromosikan cuci tangan menggunakan sabun juga akan membantu Indonesia mengatasi ancaman lain, seperti stunting.
Tantangan utama dalam menangani covid-19 di Indonesia ialah banyaknya orang yang masih terlalu sering keluar dan berkumpul dalam kelompok. Survei cepat Tulodo baru-baru ini terhadap 400 anak muda di Jawa Timur menemukan 56,5% melaporkan membatasi interaksi tatap muka dan berpindah ke sistem daring, sementara 36% masih bertatap muka. Hanya 5,8% yang telah mengalihkan semua komunikasi ke sistem daring. Hal ini telah menjadi olahraga baru untuk kita tonton (dengan ngeri) ketika orang-orang berkumpul dalam kelompok di tempat-tempat ramai mulai dari restoran, transportasi umum, demo kampanye, dan tempat kerja. Karena pencegahan akan menghancurkan kebiasaan yang sudah dijalani, mendorong perilaku menjaga jarak membutuhkan serangkaian intervensi yang bersifat disruptif. Salah satunya adalah upaya kebijakan koersif, terutama denda yang signifikan (Rp1+ juta), bukan hanya peringatan atau hukuman yang memalukan, seperti membuat orang berbaring di dalam peti mati.
Meskipun pengecualian harus dibuat untuk aturan-aturan ini, beberapa orang percaya bahwa mereka tidak termasuk ke dalam aturan tersebut- yang dikenal sebagai false uniqueness bias. Kita juga membutuhkan kebijakan yang mengubah lingkungan yang mengatur kebiasaan masyarakat, seperti pembatasan kapasitas penumpang di angkutan umum. Selain itu, sistem pelaporan orang kepada pihak berwenang atau melalui media sosial juga bisa berhasil. Langkah-langkah ini akan membantu mengubah kebiasaan lama dan membantu menetapkan sikap jaga jarak sebagai perilaku otomatis. Apa yang hilang dari 3M adalah pesan untuk tinggal di rumah, jauh dari kerumunan, dan kelompok. Kata ‘hindari’ berfungsi sebagai pengingat yang baik.
Dalam membuat pesan yang efektif, masyarakat harus disegmentasi berdasarkan perilaku umum dan ciri psikografisnya. Berdasarkan survei cepat Tulodo di Bone, Sulawesi Selatan, kami menemukan bahwa sebagian besar masyarakat menerima informasi covid-19 dari televisi (87,5%) dan media sosial (68,9%). Televisi juga dianggap sebagai saluran paling diandalkan (72,5%); sementara itu sumber yang paling dapat diandalkan adalah pemerintah pusat (66,4%). Untuk kelompok yang lebih muda, terutama mereka yang berkumpul di luar meskipun ada bahaya dari orang tanpa gejala (OTG), kemitraan dengan influencer dari aplikasi-aplikasi populer seperti TikTok dan Instagram dapat membantu mendorong mereka untuk tinggal di rumah. Penting untuk menyampaikan pesan yang tepat melalui saluran yang dapat diandalkan.
Demi melakukan pencegahan covid-19, ada cara yang lebih efektif untuk mengemas pesan-pesan ini daripada menggunakan slogan 3M yang sudah sering digunakan. Kami mengusulkan pengujian slogan baru dengan pesan yang mengandung kata kunci- masker, jarak, sabun, dan hindari. Kata-kata ini berfokus pada elemen penting dari perilaku yang ingin ditekankan. Kami juga harus menguji efektivitas slogan 3M dan varian-varian lainnya.
Dengan kampanye pemasaran yang komprehensif, kita dapat membangun pesan dan slogan pencegahan covid-19 yang dapat dipahami orang-orang dan memotivasi mereka untuk berubah. Hasilnya dapat membantu kita semua membuat strategi pencegahan korona yang lebih efektif. Sekarang saatnya mengirimkan pesan yang tepat tentang covid-19 agar masyarakat dapat mengambil tindakan yang tepat.
Photo by Cottonbro from Pexels
Published by