Isu pemerkosaan kembali menjadi sorotan publik dan kali ini disebabkan oleh sebuah artikel yang dipublikasi online oleh Buzzfeed News. Artikel tersebut mengulas tentang kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh Brock Turner, seorang mahasiswa Stanford University terhadap seorang perempuan asing di belakang tempat pembuangan sampah. Sebagaimana yang dituliskan dalam Adweek, pengaruh dari artikel tersebut sangatlah kuat di kalangan netizen. Dampak yang kuat ditunjukkan dengan bertambahnya 12 orang baru yang membuka artikel tersebut setiap ada 1 orang yang membagikan artikel tersebut.
Di Indonesia sendiri, kasus pemerkosaan juga tengah menjadi sorotan. Hal ini dipicu dari kasus pemerkosaan terbaru, kasus YY, seorang gadis SMP yang meninggal akibat mengalami perkosaan masal oleh 14 pria di Bengkulu. Berbagai gerakan di media online bermunculan sebagai hasil dari inisiatif masyarakat untuk menunjukkan solidaritas dan keprihatinan mereka terhadap kasus tersebut (Petisi 1 di Change.org, Petisi 2 di Change.org, Petisi 3 di Change.org, Tagar #NyalaUntukYuyun di Twitter).
Meskipun masyarakat Amerika dan Indonesia sama-sama merespon berita kasus pemerkosaan dengan cepat melalui media online, akan tetapi ada temuan menarik yang menunjukkan perbedaan mendasar dari antusiasme kedua kelompok masyarakat tersebut. Kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh mahasiswa Stanford mendapat respon dari masyarakat sejak awal kasus tersebut muncul di media. Kasus ini terus menjadi sorotan bahkan setelah pengadilan menjatuhkan hukuman. Paska penetapan hukuman pun masih banyak media yang menyuarakan kemarahan atas vonis yang dianggap ringan yang dijatuhkan hakim terhadap pelaku pemerkosaan (CNN, People, Cosmopolitan, Vogue, US Magazine, Yahoo, Perez Hilton). Wakil Presiden Amerika, Joe Biden, juga turut mengemukakan pendapatnya serta membuat ajakan bagi para mahasiswa laki-laki untuk berpartisipasi dalam pencegahan kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus.
Perilaku sosial yang berbeda ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia. Ada kesan bahwa masyarakat Indonesia hanya sesaat dalam menanggapi kasus pemerkosaan YY. Petisi yang dibuat dengan tujuan untuk menindaklanjuti kasus pemerkosaan siswi SMP tersebut, hingga 1 bulan setelah dipublikasikan petisi tersebut, tidak ada yang berhasil memenuhi kuota dukungan. Kata kunci #NyalaUntukYuyun sendiri hanya bertahan selama 9 jam di Twitter, menurut BBC
Screenshot pada tanggal 10 Juni 2016.
Screenshot pada tanggal 10 Juni 2016.
Screenshot pada tanggal 10 Juni 2016.
Temuan ini menjadi menarik karena ada perbedaan perilaku sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat meskipun kedua kelompok masyarakat menggunakan media online sebagai sarana untuk membentuk gerakan bersama. Fenomena ini menunjukkan bahwa dibutuhkan upaya komunikasi yang lebih strategis agar tragedi kemanusiaan ini bisa menjadi momentum untuk menciptakan gerakan sosial yang masif di tengah masyarakat demi terwujudnya perubahan yaitu penurunan jumlah kasus pemerkosaan terhadap perempuan.
Kampanye, termasuk pengajuan petisi, perlu untuk dipromosikan dengan metode pemasaran yang beragam. Hal ini penting untuk dipertimbangkan karena ada banyak isu-isu lain yang menjadi saingan. Setiap organisasi sosial berasumsi bahwa kampanye yang mereka lakukan mengandung pesan penting sehingga akan menarik perhatian publik (dibaca atau dibagikan). Akan tetapi, ada strategi yang perlu dipikirkan di balik sebuah kampanye agar setiap kampanye dari setiap organisasi dapat dibedakan dan menarik partisipasi masyarakat. Kampanye Kopernik #Indonesianwomen4energy yang dikelola oleh Tulodo adalah salah satu contohnya. Organisasi sosial harus melakukan kolaborasi, misalnya dengan fokus pada satu kampanye atau satu petisi tertentu.
Satu hal lainnya yang harus menjadi perhatian dari organisasi sosial dalam membuat suatu kampanye adalah aksi yang dilakukan sesudah kampanye tersebut berhasil menarik partisipasi dari masyarakat. Tidak sedikit dari kampanye sosial yang berhenti hanya sampai tahap penyuaraan isu saja tetapi tidak jelas perencanaan untuk tindakan selanjutnya. Dengan demikian suatu kampanye yang baik adalah kampanye yang dapat terus hidup di masyarakat, tidak hanya sekedar momen kesadaran sesaat.
Published by